Saat masih kuliah dan mengambil mata kuiliah Metode Penelitian Dan Penulisan Ilmiah, Pulau ini mengikat pikiran Saya untuk menjadikannya sebagai sebuah topik bahasan. Pulau Buru merupakan pulau dengan ekosistem berbatu, berbukit-bukit dengan curah hujan yang tinggi di bagian barat pulau ini (sebenernya ga gue itung, tapi tiap abis jam 12 siang, gue kehujanan terus disana). Luas pulau ini kira-kira 8.500km2 (gue itung pake ArcGis) yang terletak di Maluku bagian tengah, sebelah barat Pulau Seram (sebelah mana lagi ini pulau seram??). ketertarikan kepada pulau ini gara-gara membuka http://www.birdlife.org/datazone/sitefactsheet.php?id=15978. Nothing special maybe, but after open this page, I wanna go there. Pada pertengahan bulan Oktober ada penawaran ekspedisi ke Maluku, dengan dua pilihan, yaitu Pulau Halmahera dan Pulau Buru. Tanpa berpikir panjang dan karena tidak ada yang mau masuk ke pulau yang katanya angker ini, dengan senang hati saya mengambil pilihan ini (hwahahahaa, loncar-loncat gue senengnya). Berangkat pada awal bulan November 2010 diundur diundur diundur lagi karena kita tidak bisa kemanapun tanpa biaya (duit belum turun bos..hahahhaa). 
Baiklah, perjalanan dimulai dari  Bogor – Cengkareng – Ambon. Turun di Ambon dan memiliki sisa waktu kurang lebih 8 jam hingga sore hari saya manfaatkan untuk menikmati kota “Manise”. Hingga akhirnya harus melanjutkan perjalanan via kapal Ferry ASDP menuju pelabuhan di Namlea, Kab. Buru Utara selama 7 jam.
Dan inilah dia matahari pagi pertamaku di Pulau Buru, Namlea.

Terkatung – katung 4 hari di ibu kota, Namlea, karena satu hal yang sama, duit belum bisa diambil yang disebabkan jaringan on-line BRI di sana RUSAAAKK!! Hahaha. Akhirnya saya merayakan Iedul Adha1431 Hijriah disana. Seperti yang selalu saya yakini selama ini, orang Indonesia ramah, baik, perhatian dan saling kasih sayang, tanpa diharapkan datanglah ketupat sayur berikut kolestrol-kolestrol pelengkapnya (buncit menghantui). Nah, info for you all, judulnya memang ATM Bersama, tapi di sini, di pulau ini, BRI hanya bisa ditarik uangnya jika menggunakan kartu ATM BRI juga, ATM Bersama, Prima, Link, Cirrus, Maestro tidak berlaku di sini.
Hari yang dinantipun tiba, berangkat dari Namlea via darat – Air Buaya via perahu motor kayu panjang / long boat menuju kaki Bukit Kapalat Mada - Pegunungan Fogi.

       Setelah sampai di kaki bukit, kita mendarat, tepat di Desa Wae Ruba. Di sini, ternyata ada makanan yang namanya “Suami”. What??? Saat menawarkan kepada saya “Mas, mau suami tidak?”. Seribu tanya sesak di dada, haruskah bimbang meraja, lelah tepis laparku, sendiri menanti nasiku, malah mau dikasih “Suami”. Hahahaha, “Suami” merupakan makanan khas suku dari Buton yang terbuat dari ketela pohon, diparut, dan dibuang airnya dengan cara ditindih parutan tersebut menggunakan balok kayu dan batu selama 6-8 jam, lalu dikukus, dan jadilah “Suami”. Hahahahaa, Suami.








Di pulau ini juga untuk pertamakalinya saya makan PAPEDA yang LEGENDARIS itu bersama ikan-ikan laut segar santan pedas khas Ambon tentunya. Cara menggambilnya dengan menggunakan sumpit (gue rasa jepang ikut-ikut Indonesia deh tentang sumpit). Dan sesungguhnya saya tidak bisa mengambil makanan yang mirip lem “Glukol” ini dengan menggunakan sumpit itu (:malu). Papeda, makanan dari sagu ini menurut orang di daerah sini, selain mengobati rasa lapar, ternyata baik untuk saluran pencernaan, saat buang air seni, jadi bening (saya sudah mencobanya dan terbukti, 100% benar).


Satu lagi tempat yang membuat saya makin cinta dengan negeri ini ialah Pantai Jikumerasa dengan pasir putih, air gradasi putih pening-hijau-biru, dan orang-orang pekerja keras serta ramah. Saya menemukan lokasi ini saat perjalanan pulang dari Pegunungan Fogi. Speechless, itu kata yang menggambarkan kondisi saya saat dating ke lokasi ini. Pantai ombak pasir putih sepi, “my privacy beach”, karena nyaris tidak ada orang lain kecuali saya dan 4 anak berumur 7-10 tahun yang sedang bekerja mengumpulkan karang yang sudah mati dan terdampar di tepi pantai. Tiga anak memuat dan mengangkut barang,


dan satu anak bekerja mengumpulkan yang harus dia kumpulkan.

Hear Indonesia, look at this picture, here is your son. Lihat semangat, kerja keras, dan kerjasama mereka. Sekolah?? Mereka terdiam saat saya bertanya tentang sekolah. Bagi mereka seperti inilah pendidikan, dimana mereka dididik oleh alam, dan semua hal yang ada di sekitarnya adalah guru bagi mereka.  

6 Komentar

  1. Baguuuus...kapan aku bisa kesana ya?

    oh ya yam..ajarin dunk bikin blog bagus..yang atasnya ada kategori2nya tuh,,(photo, video, dll)
    gmn cara bikinnya?

    BalasHapus
  2. wow..
    boleh dishare gak kang, rincian biaya untuk trip kesana?
    juga mungkin contact person terpercaya untuk transport dan lain-lain :D

    BalasHapus
  3. Ries :
    untuk perjalanan di P.Buru, silahkan hubungi pak mun / ibu rose di 085257039114

    Untuk rincian trip, kira2 seperti ini:
    jkt-ambon 2x 2,400,000.00
    ambon - buru 2x 260,000.00
    Lodging in Ambon 2x 400,000.00
    Local transportation in Buru 1,000,000.00
    ya kl mau hemat bisa di akalin
    untuk kapal dari ambon-buru ekonomi : 30,000 x 2
    nginap alakadarnya :D
    Local transportation jg secara swadaya :D

    BalasHapus